MAKALAH BAHASA INDONESIA : EYD (ejaan yang di sempurnakan) , CARA BERBAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR ???



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa,karena atas kehendak dan penyertaan-Nya lah saya dapat menyelesaikan  tugas ini dengan sebagai mana adanya.Adapun judul makalah yang saya buat adalah mengenai” EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)”.Di dalam  makalah ini kita dapat mengetahui tentang penngetahuan EYD yang saat ini digunakan oleh para pelajar ataupun para remaja masa kini.Dalam makalah ini kita juga dapat melihat beberapa ejaan yang salah yang dipergunakan dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Disini penulis membahas mengenai Bahasa Indonesia dikalangan remaja.Bahasa Indonesia dikalangan remaja ini memberikan penjelasan tentang bagaimana remaja saat ini menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dikehidupan sehari-hari.Bahasa Indonesia yang baik dan benar telah lama di abaikan oleh sebagia besar remaja, karena yang sering terdengar adalah  bahasa prokem. Diharapkan dengan mempelajari makalah ini nantinya generasi muda akan menegakan apa yang menjadi isi dari sumpah pemuda. Bahwa berbahasa satu yaitu bahasa Indonesia.Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca,guna untuk penyempurnaan makalah ini.



Palu , 6 November 2017
                                                                                                         
                                                                                                         
                                                                                                KELOMPOK


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI......................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................... 3
1.1.Latar Belakang................................................................................................................. 3
1.2.Rumusan Masalah............................................................................................................ 3
1.3.Tujuan.............................................................................................................................. 3
1.4.Manfaat............................................................................................................................ 3

BAB 2  PEMBAHASAN..................................................................................................... 4
 2.1.Penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata....................................... 4
A.    Penggunaan huruf capital.......................................................................................... 4
B.     Penulisan Huruf miring.............................................................................................. 5
C.     Penulisan kata turunan............................................................................................... 5
D.    Penulisan gabungan kata............................................................................................ 5
A.    Penulisan Partikel....................................................................................................... 6
B.     Penulisan Singkatan................................................................................................... 6
C.     Penulisan Akronim..................................................................................................... 7
D.    Penulisan Angka........................................................................................................ 7
E.     Penulisan Lambang Bilangan..................................................................................... 8
 2.3.Penggunaan Tanda Baca................................................................................................. 8
A.    Tanda Titik (.)............................................................................................................ 8
B.     Tanda Koma(,)........................................................................................................... 8
C.     Tanda Titik Koma (;)................................................................................................. 9
D.    Tanda Titik Dua (:).................................................................................................... 9
E.     Tanda Hubung (-)...................................................................................................... 9
F.      Tanda Pisah (-)........................................................................................................... 10
G.    Tanda Elipsis(…)....................................................................................................... 10
H.    Tanda Tanya (?)......................................................................................................... 10
I.       Tanda Seru (!)............................................................................................................ 10
J.       Tanda Kurung(())....................................................................................................... 11
K.    Tanda Kurung Siku ([]).............................................................................................. 11
L.     Tanda Petik (“..”)....................................................................................................... 11
M.   Tanda Petik Tunggal(‘..’)........................................................................................... 11
N.    Tanda Ulang(.2.)........................................................................................................ 12
O.    Tanda Garis Miring (/)............................................................................................... 12
P.      Tanda Penyingkat(Apostrof)(‘)................................................................................. 12

BAB 3  PENUTUP............................................................................................................... 13
 3.1        Kesimpulan.............................................................................................................. 13
 3.2        Saran........................................................................................................................ 13



BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
      Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar.
      Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjamam dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shuttle cock, reshuffle. Unsur-unsur tersebut di pakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yamg penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
     
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas , dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut
Ø  Penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata.
Ø  Penggunaan EYD yang benar pada partikel, singkatan, akronim, dan angka.
Ø  Penggunaan Tanda Baca.

1.3. Tujuan
Ø  Untuk memahami bagaimana cara menggunakan EYD yang benar pada penulisan huruh dan kata.
Ø  Untuk mengetahui EYD yang benar pada partikel , singkatan, akronim, dan angka.
Ø  Untuk mengetahui penggunaan tanda baca.

1.4. Manfaat
Ø  Untuk menambah pengetahuan penulis serta pembaca dan juga sebagai sumber informasi yang dapat digunakan untuk membantu pengembangan ilmu pengetahuan tentang bahasa Indonesia terutama tentang EYD ( Ejaan Yang Disempurnakan )

BAB 2
PEMBAHASAN
EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.

2.1. Penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata
A.    .Penggunaan huruf capital

1.      Jabatan tidak diikuti nama orang
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.

2.      Huruf pertama nama bangsa
            Huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh: bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris. Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun.
Contoh:ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, mengIndonesiakan.
Seharusnya: kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.

3.      Nama geografi sebagai nama jenis
            Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.

4.      Setiap unsur bentuk ulang sempurna
            Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.




5.      Penulisan kata depan dan kata sambung
            Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.

B.     Penulisan Huruf Miring

1.      Penulisan nama buku
            Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.

2.      Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing.
                Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau kelompok kata.
Contoh :  modeling, aeromodeling, motorsport.

3.      Penulisan kata ilmiah
            Huruf miring dan cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Contoh: royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa, rhizopoda, lactobacillus, dsb.

C.    Penulisan Kata Turunan

1.      Gabungan kata dapat awalan akhiran
            jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh: tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.

2.      Gabungan kata dalam kombinasi
            jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh: antarkota, antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika, audiovisual, demoralisasi, dwiwarna, dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler, interkoneksi, intrakampus, multifungsi, pramuwisma, tunakarya, tunarungu, prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.


D.    Penulisan Gabungan Kata

1.      Penulisan gabungan kata istilah khusus
            gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh; alat pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan, ibu-bapak kami.

2.      Penulisan gabungan kata serangkai
            gabungan kata berikut harus ditulis serangkai.
Contoh: adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata, belasungkawa, dukacita, kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga, padahal, peribahasa, radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun, sukacita, sukarela, sukaria, titimangsa.

2.2. Penggunaan EYD yang benar pada partikel, singkatan, akronim, dan angka.

A.    PENULISAN PARTIKAL
            Penulisan partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD menetapkan ketentuan pertama menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh: bacalah, tidurlah, apakah, siapakah, apatah

1.      Penulisan partikel pun
partikel pun dituliskan terpisah dari kata yang mendahuluinya.
2.      Penulisan partikel per
pertikel per yang berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.

B.     PENULISAN SINGKATAN
            singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih. Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.

1.      Penulisan singkatan umum tiga huruf
            Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik dengan tegas melarang pemakaian singkatan umum seperti ini dalam setiap karya jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok, artikel, kolom, surat pembaca, berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca, atau judul-judul berita.



2.      Penulisan singkatan mata uang
            Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan ukuran , takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.

C.    PENULISAN AKRONIM                                                                                     
            Menurut Pedoman EYD, akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama diri berupa gabungan huruf.

1.      Akronim nama diri
            Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital.
2.      Akronim bukan nama diri
Menurut Pedoman EYD, akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk akronim, maka harus diperhatikan dua syarat
Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.

D.    PENULISAN ANGKA
Pedoman EYD menetapkan empat jenis penulisan angka,
Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan waktu,
(3) nilai uang, dan
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar pada alamat.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.



E.     PENULISAN LAMBANG BILANGAN

1.      Penulisan lambang bilangan satu-dua kata
            Pedoman EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.

2.      Penulisan lambang bilangan awal kalimat
            Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
3.      Penulisan lambang bilangan utuh
            Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
4.      Penulisan lambang bilangan angka-huruf
            Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
2.3.  Penggunaan Tanda Baca
A.    Tanda Titik (. )
1.      Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang
.
2.      Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya:  A. S. Kramawijaya , Muh. Yamin
3.      Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya:  Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum),  Dr. (Doktor)
B.     Tanda Koma ( , )
1.      Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan.
Misalnya:  Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
                     Satu, dua, . . . tiga!
2.      Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan melainkan.
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
                 Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
C.    Tanda Titik Koma (; )
1.      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian¬bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2.      Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
D.    Tanda Titik Dua ( : )
1.      anda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
2.      Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: -Ketua : Ahmad Wijaya
                  Sekretaris : S. Handayani
                  Bendahara : B. Hartawan
                -Tempat sidang : Ruang 104
                  Pengantar Acara : Bambang S.
                  Hari : Senin
                  Jam : 9.30 pagi
E.     Tanda Hubung ( – )
1.      Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh pergantian baris.                                                                                                                 Misalnya:     … ada cara ba-ru juga.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
2.      Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
Misalnya:   .. . cara baru meng¬-ukur panas.
… cara baru me-ngukur kelapa.
… alat pertahan¬-an yang baru.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
3.      Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:  anak-anak, berulang-ulang, dibolak-balikkan, kemerah-merahan
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
F.     Tanda Pisah ( – )
1.      Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2.      Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan atom- tidak men¬gubah konsepsi kita tentang alam semesta.

G.    Tanda Elipsis ( … )
1.      Tanda elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak
.
2.      Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.

H.    Tanda Tanya ( ? )
1.      Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
Misalnya: Kapan ia berangkat?
Saudara tahu bukan?
2.      Tanda tanya dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.

I.       Tanda Seru (!)
1.      Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah, atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
Merdeka!






J.      Tanda Kurung ( )
1.      Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
2.      Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962
3.      Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
(a) alam,
(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.

K.    Tanda Kurung Siku ([… ])
1.      Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.
Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.
2.      Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.)

L.     Tanda Petik (“… “)
1.      Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya: “Sudah siap?” tanya Awal.
“Saya belum siap,” seru Mira, “tunggu sebentar!”
2.      Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
Tempat
.
M.   Tanda Petik Tunggal ( ‘ … ‘ )
1.      Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya: Tanya Basri, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’,
dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2.      Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing (Lihat pemakaian tanada kurung)
Misalnya: rate of inflation ’laju inflasi’

N.    Tanda Ulang ( …2 ) (angka 2 biasa)
1.      Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar.
Misalnya: kata2, lebih2 ,sekali2.

O.    Tanda Garis Miring ( / )
1.      Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Misalnya: No. 7/PK/1973
2.      Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp 15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3

P.     Tanda Penyingkat (Apostrof) ( ‘ )
1.      Tanda apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata.
Misalnya: Ali ‘kan kusurati (‘kan = akan) Malam ‘lah tiba (‘lah = telah)
Penulisan Unsur Serapan

            Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf integrasinya, unsur pinjamam dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti shuttle cock, reshuffle. Unsur-unsur tersebut di pakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yamg penulisan dan pengucapannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.









BAB 3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
                Uuntuk meningkatkan minat belajar siswa atau pun mahasiswa , kita harus memperhatikan bagian bagian penting dalam mamahami bahasa Indonesia terutama EYD ( ejaan yang disempurnakan) agar kita menegetahui apa saja yang dapat kita ucapkan dari yang kit abaca sesuai dengan tanda-tanda yang di pelajari.
Karana jaman sekarang sebagian kecil dari kita yang memperhatiakan EYD tersebut, atau mugkin udah tidak memperhatikan hal tersebut , dikarnakan kurangnya minat belajar atau membaca.
Dengan makalah ini saya harap apa yang telah saya angkat , dapat menambah wawasan tentang pemahaman bahasa Indonesia terutama tentang EYD.
Disini banyak menjelaskan tentang tanda baca dan bagian terpenting saat menyusun suatu kata atau kalimat , adapun kekurangan makalah ini saya atas nama penyusun meminta maaf , munkin karna terbatasnya waktu dan pengetahuan semoga kita bias sama sama saling mengoreksi apa yang salah pada malalah ini.

3.2. SARAN
             Harapan kami sebgai penyusun makalah ini , agar pembaca dapat mengambil pembelajaran di makalah ini , adapun hal hal yang kurang jelas mungkin bisa dipahami atau mencari referensi lain , sebab penyusunan ini terhalang oleh waktu yang singkat sehingga kurangnya waktu mencari referensi yang lebih tentang EYD ini.
            Harapan kami disini , kekurangan yang tercantum dimakalah ini sebagai pembelajaran kedepanya , dan bantuan dari pihak lain agar dapat bersama-sama saling memperbaiki kekurangan yang ada .





DAFTAR PUSTAKA

        Agustin, Risa, Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Dengan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, Surabaya: Serba Jaya, 1972.
        Ningsih, Sri, dkk., Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa, Yogyakarta: C.V Andi sOffset,2007.
        Pamungkas, Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Surabaya: Giri Surya,1972.
        Zainuddin, Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
http://pemakaian_huruf_bahasa_indonesia/jasa_artikel.com.htm



Komentar

Postingan populer dari blog ini

MAKALAH : PENGERTIAN , PERBEDAAN DAN SEJARANG SINYAL ANALOG DAN DIGITAL

MAKALAH KEIMANAN DAN KETAKWAAN