MAKALAH BAHASA INDONESIA : EYD (ejaan yang di sempurnakan) , CARA BERBAHASA INDONESIA YANG BAIK DAN BENAR ???
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha
Esa,karena atas kehendak dan penyertaan-Nya lah saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan sebagai mana adanya.Adapun
judul makalah yang saya buat adalah mengenai” EYD (Ejaan Yang Disempurnakan)”.Di
dalam makalah ini kita dapat mengetahui
tentang penngetahuan EYD yang saat ini digunakan oleh para pelajar ataupun para
remaja masa kini.Dalam makalah ini kita juga dapat melihat beberapa ejaan yang
salah yang dipergunakan dalam berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari.
Disini penulis membahas mengenai Bahasa Indonesia dikalangan
remaja.Bahasa Indonesia dikalangan remaja ini memberikan penjelasan tentang
bagaimana remaja saat ini menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi
dikehidupan sehari-hari.Bahasa Indonesia yang baik dan benar telah lama di
abaikan oleh sebagia besar remaja, karena yang sering terdengar adalah bahasa prokem. Diharapkan dengan mempelajari
makalah ini nantinya generasi muda akan menegakan apa yang menjadi isi dari
sumpah pemuda. Bahwa berbahasa satu yaitu bahasa Indonesia.Penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca,guna untuk penyempurnaan
makalah ini.
Palu , 6 November 2017
KELOMPOK
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................... 1
DAFTAR
ISI......................................................................................................................... 2
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................... 3
1.1.Latar
Belakang................................................................................................................. 3
1.2.Rumusan
Masalah............................................................................................................ 3
1.3.Tujuan.............................................................................................................................. 3
1.4.Manfaat............................................................................................................................ 3
BAB 2
PEMBAHASAN..................................................................................................... 4
2.1.Penggunaan EYD yang benar pada penulisan
huruf dan kata....................................... 4
A. Penggunaan huruf capital.......................................................................................... 4
B. Penulisan Huruf miring.............................................................................................. 5
C. Penulisan kata turunan............................................................................................... 5
D. Penulisan gabungan kata............................................................................................ 5
A. Penulisan Partikel....................................................................................................... 6
B. Penulisan Singkatan................................................................................................... 6
C. Penulisan Akronim..................................................................................................... 7
D. Penulisan Angka........................................................................................................ 7
E. Penulisan Lambang Bilangan..................................................................................... 8
2.3.Penggunaan Tanda Baca................................................................................................. 8
A. Tanda Titik (.)............................................................................................................ 8
B. Tanda Koma(,)........................................................................................................... 8
C. Tanda Titik Koma (;)................................................................................................. 9
D. Tanda Titik Dua (:).................................................................................................... 9
E. Tanda Hubung (-)...................................................................................................... 9
F. Tanda Pisah (-)........................................................................................................... 10
G. Tanda Elipsis(…)....................................................................................................... 10
H. Tanda Tanya (?)......................................................................................................... 10
I. Tanda Seru (!)............................................................................................................ 10
J. Tanda Kurung(())....................................................................................................... 11
K. Tanda Kurung Siku ([]).............................................................................................. 11
L. Tanda Petik (“..”)....................................................................................................... 11
M. Tanda Petik Tunggal(‘..’)........................................................................................... 11
N. Tanda Ulang(.2.)........................................................................................................ 12
O. Tanda Garis Miring (/)............................................................................................... 12
P. Tanda
Penyingkat(Apostrof)(‘)................................................................................. 12
BAB 3 PENUTUP............................................................................................................... 13
3.1
Kesimpulan.............................................................................................................. 13
3.2
Saran........................................................................................................................ 13
BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Bahasa adalah kunci pokok bagi kehidupan
manusia di atas dunia ini, karena dengan bahasa orang bisa berinteraksi dengan
sesamanya dan bahasa merupakan sumber daya bagi kehidupan bermasyarakat.Adapun
bahasa dapat digunakan apabila saling memahami atau saling mengerti erat
hubungannya dengan penggunaan sumber daya bahasa yang kita miliki. Kita dapat
memahami maksud dan tujuan orang lain berbahasa/berbicara apabila kita
mendengarkan dengan baik apa yang diakatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa
sangatlah penting, supaya komunikasi berjalan lancar.
Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf
integrasinya, unsur pinjamam dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua
golongan besar. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti shuttle cock, reshuffle. Unsur-unsur tersebut di
pakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara
asing. Kedua, unsur pinjaman yamg penulisan dan pengucapannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya diubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya.
1.2.Rumusan Masalah
Berdasarkan
rumusan masalah diatas , dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut
Ø Penggunaan
EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata.
Ø Penggunaan
EYD yang benar pada partikel, singkatan, akronim, dan angka.
Ø Penggunaan
Tanda Baca.
1.3. Tujuan
Ø Untuk
memahami bagaimana cara menggunakan EYD yang benar pada penulisan huruh dan
kata.
Ø Untuk
mengetahui EYD yang benar pada partikel , singkatan, akronim, dan angka.
Ø Untuk
mengetahui penggunaan tanda baca.
1.4. Manfaat
Ø Untuk menambah pengetahuan
penulis serta pembaca dan juga sebagai sumber informasi yang dapat digunakan
untuk membantu pengembangan ilmu pengetahuan tentang bahasa Indonesia terutama
tentang EYD ( Ejaan Yang Disempurnakan )
BAB 2
PEMBAHASAN
EYD
(Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang
mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan
penulisan huruf capital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. EYD
disini diartikan sebagai tata bahasa yang disempurnakan.
2.1. Penggunaan
EYD yang benar pada penulisan huruf dan kata
A. .Penggunaan huruf capital
1. Jabatan
tidak diikuti nama orang
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama
instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur
Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen
Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang tidak memakai huruf
kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari tahun
sebelumnya.
2.
Huruf
pertama nama bangsa
Huruf kapital digunakan sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh: bangsa Indonesia,
suku Sunda, bahasa Inggris. Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar
kata turun.
Contoh:ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan,
mengIndonesiakan.
Seharusnya:
kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.
3.
Nama
geografi sebagai nama jenis
Huruf kapital tidak dipakai sebagai
huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh,
berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara,
kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu
sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.
4.
Setiap
unsur bentuk ulang sempurna
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan
lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh,
Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah
Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar
Haluan Negara.
5.
Penulisan kata depan dan kata
sambung
Huruf kapital dipakai sebagai huruf
pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan
kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak
pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh,
Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam Gua Neraka, Kado untuk
Setan, Taksi yang Menghilang.
B.
Penulisan Huruf
Miring
1.
Penulisan
nama buku
Huruf miring dalam cetakan dipakai
untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam
tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar
Bandung Pos.
2.
Penulisan penegasan kata dan
penulisan bahasa asing.
Huruf miring
dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata atau
kelompok kata.
Contoh : modeling, aeromodeling, motorsport.
Contoh : modeling, aeromodeling, motorsport.
3.
Penulisan
kata ilmiah
Huruf miring dan cetakan dipakai
untuk menuliskan kata nama ilmiah dan ungkapan asing kecuali yang telah
disesuaikan ejaannya.
Contoh: royal-purple amethyst, crysacola, turqoisa,
rhizopoda, lactobacillus, dsb.
C. Penulisan Kata Turunan
1. Gabungan
kata dapat awalan akhiran
jika bentuk dasar yang berupa
gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu
ditulis serangkai.
Contoh:
tangan, garis bawahi, dilipatgandakan, sebar luaskan.
2. Gabungan
kata dalam kombinasi
jika salah satu unsur gabungan kata
hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
antarkota, antarsiswa, antipornografi, antikekerasan, anti-Amerika,
audiovisual, demoralisasi, dwiwarna, dwibahasa, ekasila, ekstrakulikuler,
interkoneksi, intrakampus, multifungsi, pramuwisma, tunakarya, tunarungu,
prasejarah, pascapanen, tridaya, rekondisi.
D.
Penulisan
Gabungan Kata
1.
Penulisan
gabungan kata istilah khusus
gabungan kata, termasuk istilah
khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian dapat ditulis dengan
tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh; alat
pandang-dengar, anak-istri saya, buku sejarah-baru, mesin-hitung tangan,
ibu-bapak kami.
2.
Penulisan gabungan kata serangkai
gabungan kata berikut harus ditulis
serangkai.
Contoh:
adakalanya, akhirulkalam, daripada, darmawisata, belasungkawa, dukacita,
kacamata, kasatmata, manakala, manasuka, matahari, olahraga, padahal, peribahasa,
radioaktif, saptamarga, saripati, sediakala, segitiga, sekalipun, sukacita,
sukarela, sukaria, titimangsa.
2.2. Penggunaan EYD yang benar pada
partikel, singkatan, akronim, dan angka.
A.
PENULISAN
PARTIKAL
Penulisan
partikel -lah, -kah, dan –tah Pedoman EYD menetapkan ketentuan pertama
menyatakan partikel -lah, -kah, dan –tah ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh: bacalah, tidurlah, apakah, siapakah, apatah
1.
Penulisan
partikel pun
partikel pun dituliskan
terpisah dari kata yang mendahuluinya.
2.
Penulisan
partikel per
pertikel per yang
berarti mulai, demi, dan tiap ditulis terpisah dari bagian kalimat yang
mendahului atau mengikutinya.
B.
PENULISAN
SINGKATAN
singkatan
ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau
organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis
dengan huruf kapital dan tidak diikuti dengan tanda titik.
1.
Penulisan
singkatan umum tiga huruf
Pedoman EYD mengingatkan, singkatan umum yang terdiri
atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Kaidah bahasa jurnalistik
dengan tegas melarang pemakaian singkatan umum seperti ini dalam setiap karya
jurnalistik seperti tajuk renacana, pojok, artikel, kolom, surat pembaca,
berita, teks foto, feature. Bahasa jurnalistik juga dengan tegas melarang
penggunaan singkatan jenis ini dalam judul tajuk, artikel, surat pembaca, atau
judul-judul berita.
2.
Penulisan
singkatan mata uang
Pedoman EYD menegaskan, lambang kimia, singkatan satuan
ukuran , takaran, timbangan, dan mata uang tidak diikuti tanda titik.
C.
PENULISAN
AKRONIM
Menurut Pedoman EYD, akronim ialah
singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama diri berupa gabungan huruf.
Pertama, akronim nama diri berupa gabunga suku kata. Kedua, akronim yang bukan nama diri berupa gabungan huruf.
1.
Akronim nama
diri
Pedoman EYD menyatakan, akronim nama diri yag berupa
gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis
dengan huruf awal huruf kapital.
2.
Akronim bukan
nama diri
Menurut Pedoman EYD,
akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun
gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf
kecil.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk akronim, maka harus diperhatikan dua syarat
Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
Sebagai catatan, Pedoman EYD mengingatkan, jika dianggap perlu membentuk akronim, maka harus diperhatikan dua syarat
Pertama, jumlah suku akronim jangan melebihi jumlah suku kata yang lazim pada kata Indonesia.
Kedua, akronim dibentuk yang sesuai dengan mengindahkan keserasian kombinasi vokal dan konsonan yang sesuai dengan pola kata Indonesia yang lazim.
D.
PENULISAN ANGKA
Pedoman EYD
menetapkan empat jenis penulisan angka,
Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan waktu,
(3) nilai uang, dan
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar pada alamat.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Pertama, angka dipakai untuk menyatakan lambing bilangan atau nomor. Dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Kedua, angka digunakan untuk menyatakan :
(1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi,
(2) satuan waktu,
(3) nilai uang, dan
(4) kuanitas.
Ketiga, angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, aparteman, atau kamar pada alamat.
Keempat, angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
E.
PENULISAN
LAMBANG BILANGAN
1. Penulisan
lambang bilangan satu-dua kata
Pedoman
EYD menetapkan, penulisan lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu
atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan
dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
2. Penulisan
lambang bilangan awal kalimat
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
3.
Penulisan lambang bilangan utuh
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
Angka yang menunjukan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Ketentuan dalam Pedoman EYD ini sangat sejalan dengan kaidah bahasa jurnalistik yang senantiasa menuntut kesederhanaan dan kemudahan.
4.
Penulisan lambang bilangan angka-huruf
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali didalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
2.3. Penggunaan Tanda Baca
A.
Tanda Titik (. )
1.
Tanda titik
dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
Biarlah mereka duduk di sana.
Dia menanyakan siapa yang akan datang.
2.
Tanda titik
dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya: A. S. Kramawijaya , Muh. Yamin
3.
Tanda titik
dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya: Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum), Dr. (Doktor)
Misalnya: Bc. Hk. (Bakalaureat Hukum), Dr. (Doktor)
B.
Tanda Koma ( , )
1. Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu
pemerincian atau pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas,
pena, dan tinta.
Satu, dua, . . . tiga!
Satu, dua, . . . tiga!
2. Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara
yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi dan
melainkan.
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
C. Tanda
Titik Koma (; )
1.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan
bagian¬bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
Misalnya: Malam makin larut; kami belum selesai juga.
2.
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat
yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
Misalnya: Ayah mengurus tanaman di kebun; ibu sibuk bekerja di dapur; adik menghafalkan nama-nama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran pilihan pendengar.
D. Tanda
Titik Dua ( : )
1.
anda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan
lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
Misalnya: Yang kita perlukan sekarang ialah barang yang berikut: kursi, meja, dan lemari.
Fakultas itu mempunyai dua jurusan: Ekonomi Umum dan Ekonomi Perusahaan.
2.
Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang
memerlukan pemerian.
Misalnya: -Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
-Tempat sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Jam : 9.30 pagi
Misalnya: -Ketua : Ahmad Wijaya
Sekretaris : S. Handayani
Bendahara : B. Hartawan
-Tempat sidang : Ruang 104
Pengantar Acara : Bambang S.
Hari : Senin
Jam : 9.30 pagi
E. Tanda
Hubung ( – )
1.
Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang
terpisah oleh pergantian baris. Misalnya: … ada cara
ba-ru juga.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
Suku kata yang terdiri atas satu huruf tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada ujung baris.
2.
Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di
belakangnya, atau akhiran dengan bagian kata di depannya pada
Misalnya: .. . cara baru meng¬-ukur panas.
… cara baru me-ngukur kelapa.
… alat pertahan¬-an yang baru.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
Misalnya: .. . cara baru meng¬-ukur panas.
… cara baru me-ngukur kelapa.
… alat pertahan¬-an yang baru.
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada pangkal baris.
3.
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak, berulang-ulang, dibolak-balikkan, kemerah-merahan
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
Misalnya: anak-anak, berulang-ulang, dibolak-balikkan, kemerah-merahan
Tanda ulang (2) hanya digunakan pada tulisan cepat dan notula, dan tidak dipakai pada teks karangan.
F.
Tanda Pisah ( –
)
1.
Tanda pisah
membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai- diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
2.
Tanda pisah
menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi
lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan atom- tidak men¬gubah konsepsi kita tentang alam semesta.
Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini juga pembedahan atom- tidak men¬gubah konsepsi kita tentang alam semesta.
G.
Tanda Elipsis (
… )
1.
Tanda
elipsis menggambarkan kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
Misalnya: Kalau begitu … ya, marilah kita bergerak.
2.
Tanda elipsis
menunjukkan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan … akan diteliti lebih lanjut.
H.
Tanda Tanya ( ?
)
1.
Tanda tanya
dipakai pada akhir kalimat tanya
Misalnya: Kapan ia berangkat?
Saudara tahu bukan?
Misalnya: Kapan ia berangkat?
Saudara tahu bukan?
2.
Tanda tanya
dipakai di antara tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
Misalnya: la dilahirkan pada tahun 1683 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
I.
Tanda Seru (!)
1. Tanda
seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah,
atau yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau rasa emosi yang
kuat.
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
Merdeka!
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
Bersihkan kamar ini sekarang juga!
Masakan! Sampai hati juga ia meninggalkan anak- istrinya!
Merdeka!
J.
Tanda
Kurung ( )
1.
Tanda kurung mengapit tambahan
keterangan atau penjelasan.
Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
Misalnya: DIP (Daftar Isian Proyek) kantor itu sudah selesai.
2.
Tanda kurung mengapit keterangan
atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962
3.
Tanda kurung mengapit angka atau
huruf yang memerinci satu seri keterangan. Angka atau huruf itu dapat juga
diikuti oleh kurung tutup saja.
Misalnya: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
(a) alam,
(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
Misalnya: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
(a) alam,
(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
Faktor-faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b)
tenaga kerja, dan (c) modal.
K.
Tanda
Kurung Siku ([… ])
1.
Tanda kurung siku mengapit huruf,
kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian
kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu
memang terdapat di dalam naskah asal.
Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.
Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.
2.
Tanda kurung siku mengapit
keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.)
Misalnya: (Perbedaan antara dua macam proses ini [lihat BabI] tidak dibicarakan.)
L.
Tanda
Petik (“… “)
1.
Tanda petik mengapit petikan
langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua
pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya: “Sudah siap?” tanya Awal.
“Saya belum siap,” seru Mira, “tunggu sebentar!”
Misalnya: “Sudah siap?” tanya Awal.
“Saya belum siap,” seru Mira, “tunggu sebentar!”
2.
Tanda petik mengapit judul syair,
karangan, dan bab buku, apabila dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
Misalnya: Bacalah “Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
Tempat
.
M.
Tanda
Petik Tunggal ( ‘ … ‘ )
1.
Tanda petik tunggal mengapit petikan
yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya: Tanya Basri, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’,
dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
Misalnya: Tanya Basri, “Kaudengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu kamar depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’,
dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2.
Tanda petik tunggal mengapit
terjemahan atau penjelasan kata atau ungkapan asing (Lihat pemakaian tanada
kurung)
Misalnya: rate of inflation ’laju inflasi’
Misalnya: rate of inflation ’laju inflasi’
N.
Tanda
Ulang ( …2 ) (angka 2 biasa)
1.
Tanda ulang dapat dipakai dalam
tulisan cepat dan notula untuk menyatakan pengulangan kata dasar.
Misalnya: kata2, lebih2 ,sekali2.
Misalnya: kata2, lebih2 ,sekali2.
O.
Tanda
Garis Miring ( / )
1.
Tanda garis miring dipakai dalam
penomoran kode surat.
Misalnya: No. 7/PK/1973
Misalnya: No. 7/PK/1973
2.
Tanda garis miring dipakai sebagai
pengganti kata dan, atau, per, atau nomor alamat.
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp 15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp 15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3
P.
Tanda Penyingkat
(Apostrof) ( ‘ )
1.
Tanda apostrof menunjukkan
penghilangan bagian kata.
Misalnya: Ali ‘kan kusurati (‘kan = akan) Malam ‘lah tiba (‘lah = telah)
Penulisan Unsur Serapan
Misalnya: Ali ‘kan kusurati (‘kan = akan) Malam ‘lah tiba (‘lah = telah)
Penulisan Unsur Serapan
Dalam
perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari berbagai bahasa lain,
baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing. Berdasarkan taraf
integrasinya, unsur pinjamam dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua
golongan besar. Pertama unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam
bahasa Indonesia, seperti shuttle cock, reshuffle. Unsur-unsur tersebut di
pakai dalam konteks bahasa Indonesia tetapi pengucapannya masih mengikuti cara
asing. Kedua, unsur pinjaman yamg penulisan dan pengucapannya disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya diubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya.
BAB
3
PENUTUP
3.1. KESIMPULAN
Uuntuk meningkatkan minat belajar siswa atau pun
mahasiswa , kita harus memperhatikan bagian bagian penting dalam mamahami
bahasa Indonesia terutama EYD ( ejaan yang disempurnakan) agar kita menegetahui
apa saja yang dapat kita ucapkan dari yang kit abaca sesuai dengan tanda-tanda
yang di pelajari.
Karana
jaman sekarang sebagian kecil dari kita yang memperhatiakan EYD tersebut, atau
mugkin udah tidak memperhatikan hal tersebut , dikarnakan kurangnya minat
belajar atau membaca.
Dengan
makalah ini saya harap apa yang telah saya angkat , dapat menambah wawasan
tentang pemahaman bahasa Indonesia terutama tentang EYD.
Disini
banyak menjelaskan tentang tanda baca dan bagian terpenting saat menyusun suatu
kata atau kalimat , adapun kekurangan makalah ini saya atas nama penyusun
meminta maaf , munkin karna terbatasnya waktu dan pengetahuan semoga kita bias
sama sama saling mengoreksi apa yang salah pada malalah ini.
3.2. SARAN
Harapan kami
sebgai penyusun makalah ini , agar pembaca dapat mengambil pembelajaran di
makalah ini , adapun hal hal yang kurang jelas mungkin bisa dipahami atau
mencari referensi lain , sebab penyusunan ini terhalang oleh waktu yang singkat
sehingga kurangnya waktu mencari referensi yang lebih tentang EYD ini.
Harapan kami disini , kekurangan
yang tercantum dimakalah ini sebagai pembelajaran kedepanya , dan bantuan dari
pihak lain agar dapat bersama-sama saling memperbaiki kekurangan yang ada .
DAFTAR
PUSTAKA
Agustin, Risa,
Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) Dengan Pedoman Umum Pembentukan
Istilah, Surabaya: Serba Jaya, 1972.
Ningsih, Sri,
dkk., Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa, Yogyakarta: C.V Andi sOffset,2007.
Pamungkas,
Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan (EYD), Surabaya: Giri Surya,1972.
Zainuddin,
Materi Pokok Bahasa dan Sastra Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
http://pemakaian_huruf_bahasa_indonesia/jasa_artikel.com.htm
Komentar
Posting Komentar